Berbagi Dalam Kebaikan

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
Posted by HUMAS FKII ASY-SYAMS - - 0 komentar











 Oleh: Abdul Muhadi BS

 “Tarbiyah bukanlah segalanya, tapi segala sesuatu berawal dari tarbiyah.” Aku setuju dengan istilah ini, sangat setuju. Karena tarbiyahlah aku bisa meraih jejak-jejakku yang membanggakan, alhamdulillah. Berikut ini aku hikayatkan jejak tarbiyahku di negeri junjungan ini. Di kotaku bersepeda memang dianggap sesuatu yang asing. Maklumlah kota yang masih mengedepankan segala sesuatu harus model dan modern. Apalagi saat bersepeda sambil memakai pakaian muslim berbajukan koko dan kopiah, maka dipastikan mata-mata aneh akan melirik asing. Tapi jangan khawatir sepedaku ini akan terus melaju melesat cepat di antara gedung-gedung tinggi menelusuri jalan berlobang sana-sini dengan semangat yang tinggi. Walaupun badai menghadang, hujan menghujam, angin malam mengibas, lelah menderu tubuh, aku tak peduli tetap akan menghadiri majlis ilmu alias halaqoh malam ini sebagai pengecas bateraiku yang sudah lowbat, dan yakin setelah itu badanku akan terisi semangat seperti semangatnya para mujahid mujahidah di Palestina. Makanya kalau ketemu dengan kawan karibku aku selalu bilang, “Hari ini nggak halaqoh, nggak keren…!” Usai solat isya rutinitas ini menjadi penyeimbang hari-hariku dalam satu pekan. Sudah pastinya aku ingin menjadi pendakwah yang tangguh jadi harus sabar ketika motor-motor keren berkelebat melaju sampingku, mobil-mobil indah pun dengan ornament klasiknya selalu membuka kaca mobilnya melirikku aneh namun aku tetap mengayuh sepeda di tengah kota metropolitan ini menuju tempat halaqoh. Aku tak pedulikan mereka yang penting halaqoh-ku malam ini harus full motivasi. Kalau dipikir-pikir jalan kaki ke majlis ilmu ini akan menghabiskan banyak waktu jadi mendingan naik sepeda hemat waktu. Waktu itu bagaikan emas, dapat sudah emasnya. Materi yang pernah diberikan murabbi-ku (guru) di majlis ilmu ini memang luar biasa mulai dari tafsir al-Qur’an, hadits-hadits yang tiada duanya kemudian materi 20 Ushul Hasan Al Banna sang revolusioner dakwah Islam itu juga banyak materi lain yang sudah memenuhi agenda harianku, harap bisa diterapkan dalam aktifitasku sehari-hari. Yang asyiknya lagi bisa curhat dengan murabbi bisa seputar masalah kuliah, sosial atau hal persahabatan, bahkan masalah pernikahan juga boleh. Dan akan diberikan solusi serta obat mujarab gratis dari beliau, hidupku jadi tenang bersama tarbiyah. Hawa malam itu kian mencengkam tubuhku ditambah lagi banyaknya aktifitas di kampus. Selain menjadi mahasiswa ilmu bahasa aku juga aktif di berbagai organisasi kampus. Pernah aku bilang sama kawan-kawan halaqoh-ku, “Jangan jadi mahasiswa kupu-kupu (kuliah pulang, kuliah pulang). Kalau ada 3K+OK+H (Kampus, Kantin, Kost, Organisasi Kampus dan Halaqoh) kenapa harus cari yang lain.” Azam. Nama halaqoh-ku yang diambil dari tekad yang kuat dan kreatifitas kawan-kawan untuk berbuat kebaikan, majlis ini rutin membuat jejak buletin bulanan yang rubriknya diambil dari penjelasan dan untaian kata murabbi juga ditambah pernak-pernik kata hikmah satu menit kami ucapkan sebelum dimulainya halaqoh. Buletinnya kami sebarkan ke kalangan siswa dan mahasiswa setempat, juga menebarkan kasih sayang sesama muslim dengan infak tiap bulan untuk membayarkan SPP sekolah bagi anak-anak yatim. Yang luar biasanya lagi saat ini halaqoh Azam kami sudah mempunyai yayasan yang dikelola secara syariah. Mulai dari bimbingan belajar Islam terpadu, toko buku islami, juga tak kalahnya ada pelatihan tahfidz dan tahsin qur’an, nasyid dan seni kaligrafi. Visi majlis ini ingin menyebarkan syumuliyyatul Islam (Islam agama universal) agar nuansa keislaman itu menyebar di kota berlimpah nikmat minyak ini. Malam itu aku lihat kawan-kawan se-halaqoh sudah pada berkumpul di tempat biasa kami bertemu. Sambil menunggu murabbi dan cipika-cipiki sana sini kami berbagi hikmah satu sama lainnya, ada juga yang sempat ganti-gantian pijit. Tidak beberapa menit kemudian bunyi motor khas murabbi kami terdengar dari depan rumah, kami pun siap-siap menyimak materi karena murabbi bawa oleh-oleh ilmu hari ini. *** Sepulang halaqoh tigerku (sebutan nama sepedaku) meluncur kembali di jalan raya tengah malam itu tapi dalam hati telah berkobar bendera-bendera semangat baru sebagai mujahid muda. Aku terjebak banjir sejengkal mengguyuri jalan raya tetap kuputar lebih kuat sepedaku. Kalaupun ada razia di jalan raya nanti tigerku tak akan ditahan pak polisi karena bebas razia, bebas bensin, bebas helm, bebas SIM dan STNK. “Terima kasih ya Allah yang telah memberikan azam dalam diriku hingga bisa halaqoh malam ini. Semoga juga kawanku yang lainnya bisa juga merasakan tarbiyah dan hadir dalam jalan dakwah ini. Amiiin..,” aku lafazkan doa saat tiba di kamarku. Selain itu ada hikayat menarik juga yang kutulis dalam catatan harian yang berjudul, “Pak Polisi Juga Manusia, Punya Rasa Punya Hati.” Peristiwa ini terjadi saat kami akan halaqoh di salah satu rumah kawan se-halaqoh. Tempatnya agak jauh kalau ditempuh dengan opelet sekitar 45 menit dari rumahku, jadi aku lebih pilih nebeng dengan kawanku yang ada motor, karena takut telat jadi aku tak sempat mencari helm. Dalam perjalanan kami tak terbesit sedikit pun akan ada razia polisi karena biasanya di kotaku malam-malam jarang ada razia. Tapi tanpa kusadari malam itu aku dan kawanku terkejut dengan polisi yang memakai jaket orange sudah berdiri samping jalan raya yang agak gelap itu. Trik pak polisi dalam razia memang keren, semua lampu jalan raya dimatikan sehingga membuat jarak pandang kami buram. Kami jadi salah satu mangsa malam itu dan pak polisi yang berkumis tebal menyuruh kami menepi. Kawan-kawan halaqoh yang lain sudah pada lewat selamat dari razia karena lengkap cuma kami berdua yang tertahan. “Maaf, malam pak!” “Wa’alaikumsalam wa rahmatullahi wa barakatuh!” Kami jawab sapa pak polisi, mungkin karena grogi ketemu dengan polisi jadi jawab sapanya tak nyambung tapi mantap juga untuk syiar Islam. “Maaf, apa kesalahan bapak?” “Kami tak pakai helm pak,” cengar-cengir kawanku menjawab. “Begini pak kami tadi buru-buru karena malam ini harus ikut majlis taklim, jadi tak sempat cari helmnya,” aku beralasan. Melihat tampang kami saat itu pakai baju koko dan peci juga bawa al-Qur’an pak polisi langsung percaya, ia langsung melapor ke komandannya yang duduk samping jalan. Semoga kami dibebaskan dari razia, dan yang paling penting niat baik tak akan luntur dengan ujian kecil seperti ini. “Besok jangan diulangi lagi ya!” ucap pak polisi mempersilahkan kami melanjutkan perjalanan. Alhamdulillah kami selamat, mungkin pak polisi kasihan dengan kami atau malah sebaliknya takut dengan kami yang berpakaian ala muslim semuanya, tapi kami bukan teroris. *** Dalam tarbiyah aku merasakan keseimbangan ruhiyyah (keimanan) dengan baca al-qur’an dan al-ma’tsurat, fikriyyah (pemikiran) dengan materi tarbiyah, dan jasadiyyah (fisik) dengan mukhayyam (perkemahan) atau rihlah (traveling) ataupun riyadhoh (olahraga). Gara-gara tiga keseimbangan inilah aku menjadi mahasiswa peraih jejak IPK tertinggi di fakultas, menghasilkan lima buah buku dalam kurun 10 bulan, bisa juga melanjutkan kuliah S2 di negeri Malaysia, tamasya budaya ke negeri Melaka, dan tak kalahnya lagi bisa meraih tiga perempat dari 100 jejak-jejak hidup yang kutulis dalam dua lembar kertas dalam kurun waktu tujuh bulan. Luar biasa bukan doa dan tarbiyah? Makanya tidak ada alasan lagi bagiku untuk tidak halaqoh walaupun harus bersepeda atau malah jalan kaki. Karena aku ingin seperti liriknya nasyid Izzatul Islam.. Ribu langkah kau tapaki Pelosok negeri kau sambangi Tanpa kenal lelah jemu Sampaikan firman Tuhanmu Terik matahari tak surutkan langkahmu Deru hujan badai tak lunturkan azammu Raga kan terluka tak jerihkan nyalimu Fatamorgana dunia tak silaukan pandangmu Semua makhluk bertasbih Panjatkan ampun bagimu Semua makhluk berdoa Limpahkan rahmat atasmu Maka aku tak akan ragu hidup bersama tarbiyah yang menjadikan pribadiku tangguh dan seimbang dunia serta akhirat. Dengan senyum aku lafazkan, “Selamat meraih jejak-jejak dari tarbiyah.”*** Rumah Enrakolis, April 2011

Leave a Reply