Berbagi Dalam Kebaikan

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
Ahlan Wa Sahlan di Blog FKII

Welcome to WordPress. This is your first post. Edit or delete it, then start blogging!Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Quisque sed felis. Aliquam sit amet felis. Mauris semper, velit semper laoreet dictum, quam diam dictum urna, nec placerat elit nisl in quam. Etiam augue pede, molestie eget, ...

TFT PMLDK Sumbagut

Semoga FKII Selalu Berkarya.

Memahami Sastra Islam

Buku FKII Berkarya (Saat mentari Mulai Menyinariku) buku ini berisi Kumpulan Kisah pengalaman awal tarbiyah Kader2 FKII Asy-Syams.........

Muktamar FKII Asy-Syams ke XIV

Some block quote tests: Here's a one line quote. This part isn't quoted. Here's a much longer quote: Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. In dapibus. In pretium pede. Donec molestie facilisis ante. Ut a turpis ut ipsum pellentesque tincidunt. Morbi blandit sapien in mauris. Nulla lectus lorem, varius aliquet, ...

BUKU FKII Asy-Syams

I'm just a lowly contributor. My posts must be approved by the editor.Mauris semper, velit semper laoreet dictum, quam diam dictum urna, nec placerat elit nisl in quam. Etiam augue pede, molestie eget, rhoncus at, convallis ut, eros. Aliquam pharetra. Nulla in tellus eget odio sagittis blandit. Maecenas at ...

Posted by HUMAS FKII ASY-SYAMS - - 1 komentar

 












           Minggu, 23 Oktober 2011, langit Pekanbaru terlihat cerah secerah hati para pesarta training kehumasan, Komunikasi Dahsyat Dengan HipnoNLP yang ditaja oleh Humas Fkii Asy-syams. Acara ini dimulai sekitar jam 8.30, di awali dengan pembacaan ayat suci Al-qur’an oleh Imam Faisa. Lantunan ayat suci tersebut tersebut menambah kesejukan Ruangan Musholla Tarbiyah yang di hadiri oleh lebih kurang 35 peserta. Acara dilanjutkan dengan pemberian kata sambutan oleh Gunawan Arafatsebagai ketua umum Fkii Asy-syams.

         Beliau mengatakan sangat mendukung acara ini karena bagi seorang pendakwah, memiliki kemampuan komunikasi yang baik adalah modal yang sangat di butuhkan dan ia berharap seluruh pengurus Rohis UIN bisa mengikuti acara training ini. Tepat pukul Jam 9.00 WIB akhirnya trainer yang ditunggu-tunggu telah berdiri di depan peserta. Sang Trainer berdiri dengan senyum yang mampu membuat para peserta bisa merasakan energi persahabatan yang ingin ia salurkan. Walaupun hanya terdiri dari 35 orang peserta - 13 peserta Ikhwan dan 22 peserta Akhwat- dari berbagai utusan rohis fakultas, sang trainer Rahmat Wira, A.P -alumni Universitas Padjadjaran Bandung- mampu menghidupkan suasana dengan penuh semangat. Training di awali dengan sebuah dongengi pembuka dan membuka jendela pikiran peserta. Kemudian berlanjut dengan berbagi strategi untuk mengubah kalimat negatif menjadi positif, contohnya : “saya sudah tahu” menjadi “aha menarik juga” atau “hmm menarik juga”. Bukan hanya kata-kata, tapi Sang Trainer juga menyampaikan tentang teknik-teknik berkomunikasi dengan baik, mengenal tiga preferensi inderawi manusia yaitu visual, auditori, kinesteteik, dan juga cara-cara memahami bahasa mata seseorang. Training juga sesekali di selingi dengan games yang membuat peserta tidak merasa jenuh. Akibatnya selama mengikuti training, peserta begitu antusiasis.

          Hal tersebut terlihat dari cara peserta menjawab pertanyaan yang di ajukan oleh trainer dan juga dengan berbagai pertanyaan yang di ajukan peserta kepada trainer. TESTIMONI PESERTA “Dengan adanya training ini kita bisa mengetahui cara berkomunikasi dengan baik kepada orang lain, apa yang kita sampaikan bisa di mengerti orang lain dan kita juga bisa memahami orang lain.” Ujar Nurasiah salah seorang peserta saat training berakhir. ”Saya berharap akan ada training seperti ini lagi.” Lanjutnya penuh harap.
[ Read More ]

Posted by HUMAS FKII ASY-SYAMS - - 0 komentar










Banyak sekali alasan-alasan untuk kita menghindar dari sengketa diri dan orang lain. Bukan sekedar mengelak untuk agar tidak terkena imbas penat karena diberi amanah, tapi benar-benar membuat alasan untuk pergi menuju yang lebih mudah. Kita memang sering kali mencari yang mudah, praktis, dan enak pula.

Sementara anak-anak diri yang terpatri kecil dalam otak bawah sadar kita, meraung menumpah air mata karena lapar tak diberi makan, sesalpun kadang hanya sesaat dan tak berusaha menata kembali.

 Padahal rumah ini sudah beberapa kali diterpa badai, tembus diterpa hujan, barang-barangnya pun habis berantakan. Setiap hari kita pulang dan beristirahat di rumah ini, tidur, mandi, makan, berdiskusi, dan mengonsepi lingkungan kita. Namun sering kali setelah itu hanya serakan yang menjadi santapan mata kita. Yang mau dilakukanpun ternyata tak juga terlaksana dengan baik. maukah kita menata kembali rumah kita yang harinya kering tanpa air, keruh tak jernih, ia seolah kehilangan nyawa aslinya, hanya tinggal nyawa imitasi saja? apakah mungkin dakwah ini seperti kata Rasul "Bagaiman mungkin bangunan akan berdiri kokoh jika yang satu membangun, sedang yang lainnya meruntuhkannya?" kalau kita masih sibuk dengan kebutuhan kita saja tanpa merasa rumah ini adalah milik kita, yakinlah bahwa benar apa yang Rasul ucapkan itu sedang terjadi pada rumah kita.
[ Read More ]

Posted by HUMAS FKII ASY-SYAMS - - 0 komentar

Seorang teman saya sempat berkomentar “apa yang buat antum punya pemikiran seperti itu?....” katanya mengomentari saya yang mengatakan bahwa sudah saatnya kita mengambil alih ranah vital ekonomi Indonesia dari tangan kapitalis. Memang saat itu, saya katakan 10 atau 20 tahun akan datang, kita sebagai pemuda muslim saat ini harus mampu mengambil alih objek vital ekonomi Indonesia seperti halnya Abdurrahman bin Auf yang berhasil mengambil alih pasar Madinah dari tangan Yahudi saat ia hijrah ke madinah. Baiklah, buah pikiran ini memang sudah ada sejak saya kelas 2 MAN Selatpanjang dimana ia sebagai kota yang sudah hampir menjadi sentral pengusaha nonmuslim sebagai pelaku utama. Saya risih, muak sekaligus sedih melihat kondisi kota kecil saya-yang saya yakin hampir semua daerah di Riau memiliki kondisi yang sama.

Dimana kita sebagai warga yang sudah puluhan bahkan ratusan tahun hanya asyik menjadi penonton, bukan pemain. Bahkan, untuk lebih “keras” kita ibarat ayam yang mati dilumbung padi. Menyedihkan bukan? Memang, kita tidak bisa hanya menjadi pihak yang asyik mempersalahkan orang lain atas terpuruknya ekonomi sebagian besar masyarakat muslim. Kita perlu tanyakan mengapa kita seperti ini?, kita perlu lihat kedalam untuk koreksi diri. Mengapa kita bangga disebut sebagai Negara kaya, jika yang menikmati adalah mereka, mengapa kita bangga disebut sebagai zamrud khatulistiwa kalau zamrud itu hanya mampu jadi bahan cerita, tapi mereka yang mengelola. Mengapa kita bangga disebut sebagai negara yang menjunjung tinggi asas toleransi, jika toleran itu kita artikan dengan membiarkan orang lain menjarah rumah kita. Apa karena kita lemah atau mereka yang terlalu kuat? Apa seharusnya yang membuat kita bangga? Seperti apakah simbol kebanggaan itu?....sedikit contoh bahwa kita bangga dengan sesuatu yang bukan milik kita. Bangga disebut sebagai kota ikan, tapi kita hanya dapat amisnya saja. Pantaskah kita berbangga? Bangga disebut sebagai kota sagu, tapi sagu kita mereka yang punya, kita hanya dapat bau ampasnya saja?. Pantaskah kita berbangga? Bangga dengan julukan daerah penghasil kertas terbesar di asia tenggara, tapi kita dapat banjirnya, mereka yang curi kayu-kayu kita. Pantaskah kita berbangga? Katanya diatas minyak, dibawah minyak. Bahkan di spanduk-spanduk pemprov tidak segan-segan mencantumkan mesin pemompa minyak kita, tapi kita hanya dapat gambarnya saja. Mesinnya mereka yang punya, lebih-lebih minyaknya. Pantaskah kita berbangga?.... Saking ketergantungannya kita karena tidak mandiri secara ekonomi. Kita rela berdesak-desakan bahkan tidur seperti tumpukan manusia buangan ketika pulang liburan. Hanya karena pemilik kapal cuti 3 hari merayakan lebarannya. Kapal tidak berjalan. Dimana izzah kita, tidak malukah kita pulang kampung harus curi-curi melepaskan diri dari mahalnya ongkos pulang dengan cara menyelinap sana-sini. Ironisnya lagi, penjaga karcis adalah saudara kita juga, tapi yang mengangkang diatasnya adalah mereka. Belum sadarkah kita?.... Itulah penjelasan saya kepada teman saya tadi mengapa saya punya pemikiran seperti itu, karena bagi saya izzah kita belum tegak, kebanggaan kita belum layak, rumah kita belum tegak, dominasi mereka bikin muak. Maka sekat-sekat itu mesti kita dobrak, dan itu bisa dilakukan jika berangkat dari pemikiran yang benar dan visioner. *Penulis adalah aktivis KAMMI UIN dan Kader FKII Asy-Syams UIN SUSKA Riau
[ Read More ]