
Surau itu masih kuraskan kesejukannya mengalir ke uluh hatiku. Di surau inilah pertama kali aku mengenalnya, merangkai cerita demi cerita bersamanya walaupun hanya dalam puluhan hari, namun ia mampu menorah warna di lembar hiupku yang pudar dan kusut. “Anak-anak, ini Kak Cahaya yang akan mengajarkan kalian untuk sementara.” Umi Aida guru mengaji kami mengenalkan wajahyang belum pernah kutemui di Desaku. Perempuan itu tersenyum. Dari kedua bola matanya menyuluhkan teduh. Nur Cahaya seseorang yang hanya kukenal dalam puluhan hari. Seorang Mahasiswi di salah satu Universitas Negeri di Provinsiku. Keberadaannya di Desaku adalah untuk melaksnakan KKN.Kak Cahaya, begitu aku memanggilnya. Kehadirannya membawa segelas mimpi untuk mengisi ruang...