Oleh: Yuni
Lestari
Ku
ucapkan terima kasih kepada Rabbku, pemilik nyawaku, atas segala limpahan rahmat
dan karunia yang diberikanNya untukku, kedua orang tuaku yang sangat ku cintai
selamanya, yang saat ini aku rindukan.
Tak ada yang menyangka bahwa aku
akan tumbuh disebuah desa kecil bernama Kepenuhan raya, tepatnya di Kecamatan
Kepenuhan, Kabupaten Rokan-hulu Riau, sebab orang tuaku bukanlah penduduk asli
Desa itu, ayah dan ibu berdarah Jawa (Jawa Barat), sama seperti pendatang yang lainnya
bertransmigrasi dan merantau untuk mencari peruntungan di Desa itu.
Aku tumbuh di Negeri Seribu Suluk,
dimana masyarakatnya yang Homogen atau mayoritas beragama Muslim, dari jenjang
Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) sampai ketingkat Sekolah Menengah Atas (SMA),
aku disuguhi perlengkapan Sekolah berupa jilbab setiap hari, tepatnya aku sudah
mengenal jilbab dari masa Kanak-kanak, tapi saat itu jilbab masih kuanggap
aksesoris yang harus dipakai setiap hari ke Sekolah, ketika memakai jilbab aku
sering mengeluh panas dan gatal pada Ibuku, Ibuku yang minim akan ilmu Agama
hanya mampu memberikan penjelasan “ kalau tidak memakai jilbab nanti neng
dihukum sama Ibu Guru loh “, perkataan Ibu cukup membuatku takut untuk tidak
memakai jilbab ke Sekolah, sepulang Sekolah jilbab pun aku tanggalkan.
Waktu terus berjalan, hingga pada
akhirnya aku menapaki jenjang Pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP), tapi
pada sa’at itu aku masuk ke Madrasah Tsanawiyah (MTs) yang tak jauh dari
rumahku, sedari hari pertama masuk ke MTs hingga hari-hari berikutnya, sepulang
dari sekolah aku semakin sering memakai jilbab, pergi ke Pasar, ke rumah teman,
kerumah tetangga, dll. Itupun dikarenakan malu dengan potongan rambut baruku, rambut
yang gagal dipotong Ibu itu membuat wajahku menyerupai laki-laki.
Meskipun niatku belum benar-benar
beristiqomah, tapi mungkin inilah salah satu cara Allah untuk memperkenalkan
jilbab kesetiap hariku, sejauh ini jilbab juga masih menjadi penutup rambutku
yang gagal dipotong, bukan benar-benar
menjadi penutup Aurat, kini hari-hariku disibukkan dengan memakai jilbab,
walaupun baju pas badan atau kaus bermanset dan celana jeans menjadi andalan.
Aku sudah berniat untuk melepas jilbab saat rambutku kembali panjang nanti.
Beberapa bulan kemudian rambutku sudah mulai terlihat panjang, hari itu
sepulang Sekolah akupun akan berkunjung kerumah sahabatku dengan rambut panjang
tergerai.
Tiba
dihadapan cermin, kucoba menata rambut sedemikian rupa, tapi tak pernah ada
rasa puas dan percaya diri, akhirnya kuputuskan untuk mengenakan jilbab usangku
lagi, tiba-tiba ada senyuman didepan cermin, aku merasa manis dan sangat manis.
Sejak saat itu niatku memakai jilbab adalah untuk mempermanis penampilan, masih
bukan untuk menutup Aurat, karena penampilanku terbilang sangat jauh dari Syar’i,
berbagai gaya jilbab pun menjadi buruan saat berbelanja, hobi baru mengoleksi
jilbab Style yang sama sekali masih jauh
dari syarat dan ketentuan berhijab, aku belum mengenal hijab pada waktu itu,
bahkan mendengar orang mengatakannya saja tak pernah.
Masih dalam niat berjilbab untuk
mempermanis penampilan, aku terbilang hanyut dimasa-masa Pubertas, masa itu ku
isi hanya untuk bergaya, berpenampilan menarik dan berkenalan dengan lawan
jenis, saling bertukar nomor Handphone dan masih banyak lagi, kondisi ini
terus-menerus bertahan sampai aku memasuki jenjang Pendidikan Sekolah Menengah
Atas (SMA) yang pada waktu itu orang tua mendaftarkan ku ke Madrasah Aliyah
(MA).
Ada sedikit demi sedikit perubahan
pada diriku ketika bersekolah di MA, dimana aku mulai tertarik mengenakan rok
ketimbang celana jeans, itu disebabkan kakak-kakak kelas yang mengenakan rok terlihat
lebih manis dan anggun, hobiku pun sekarang adalah mengoleksi rok.
Akupun
mulai aktif diberbagai Organisasi, mengikuti Ekstrakurikuler sekolah disore
hari, malam-malam tertentu mengikuti IRMAS (Ikatan Remaja Masjid) di
masjid-masjid sekitar rumah, dan sering mengikuti Training Motivasi,
penampilanku pun sudah agak membaik, perpaduan kaus pas badan dengan rok dan
jilbab tipis yang sudah mulai sedikit menutupi dada, tapi pergaulanku dengan
lawan jenis masih belum ada perubahan.
Maraknya
situs jejaring sosial Facebook menghipnotisku dan teman-teman untuk terus
mengikuti perkembangan zaman, hari-hari ku tak pernah lepas dari akun Facebook,
mulai dari mengupload status, mengupload foto-foto berjilbab dengan berbagai
pose, mengAdd dan mengkonfrim pertemanan. Hal yang paling kusuka di Facebook
adalah, ketika mengupload foto maka muncul “like” dan komen mereka tentang
fotoku, tapi Allah tak membiarkan hambanya begitu saja, di Facebook aku dipertemukan
dengan orang-orang yang Alim akan ilmu Agama, mereka terus menasehatiku tentang
akibat foto yang di upload ke dunia maya, mereka sering Share atau men tag
foto-foto yang bermanfaat disertai dengan catatan atau kisah-kisah penuh Inspiratif
dari Funpage-funpage yang ada difacebook, mereka juga sering memberikan masukan
tentang penampilan jilbabku, mereka menginginkan aku untuk berhijab, sedikit
tersentak mendengar kata-kata hijab, karena jujur aku tak pernah tau dan paham
apa itu hijab.
Dengan
sabar dan penuh kasih sayang mereka memaparkan satu-persatu, mereka memberikan
jawaban apa itu hijab ??, bagaimana cara berhijab ??, serta syarat dan
ketentuan berhijab, subhanallah...
Aku
bersyukur padamu yaa Rabb... yang telah menghadirkan mereka, yang telah mengisi
kegalauan hati meskipun hanya lewat dunia maya. Sampai ada diantara mereka yang
mengirimkan paket untukku, yang isi paketnya adalah 2 helai jilbab panjang dan
lebar, serta 1 buku kecil kesayangannya yang berjudul “Easy Going, No Way !
Bikin hidupmu lebih terencana” karya Izzatul Jannah, ia bilang buku itu adalah
untuk menopang semangat belajarku saat menghadapi Ujian Nasional nanti,
Subhanallah Walhamdulillah...., mereka benar-benar mencintai karena Allah,
meskipun tak pernah bertatap muka secara langsung dengan ku, sebegitu
percayanyakah mereka padaku ??, lalu kapan aku akan percaya terhadap apa yang
mereka katakan ??.
oleh : Afdhal
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti yang dialami orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan dan diguncang dengan berbagai cobaan, sehingga Rasul dan orang-orang beriman bersamanya berkata, “Kapankah datang pertolongan Allah?” ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti yang dialami orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan dan diguncang dengan berbagai cobaan, sehingga Rasul dan orang-orang beriman bersamanya berkata, “Kapankah datang pertolongan Allah?” ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat
QS
Al Baqarah 2: 214
Sering kali kita mengeluh terhadap
kerja-kerja dakwah yang dipikul karena menganggap bahwa apa yang dialami hari
ini merupakan sesuatu paling berat dalam hidup, sehingga tidak sedikit seorang
kader dakwah lemah menghadapi kondisi ini. Padahal Allah tidak akan menguji
seorang hamba diluar batas kemampuannya. Jika kita membaca dan merenungi sejarah
para sahabat dalam menyebarkan dakwah dimuka bumi ini, bisa dibayangkan
bagaimana pengorbanannya, mereka mendapat cobaan berat, penderitaan, kelaparan,
kesengsaraan dalam menjalaninya. Ini bisa menjadi cerminan bagi kader dakwah
bahwa apa yang dialami hari ini merupakan pengulangan masalah lama yang akan
terus ada bagi orang-orang yang mengambil jalan mulia ini.
Jika kita lihat
kondisi hari ini, tidak sedikit kader dakwah ketika diberi amanah mereka merasa
berat, berapa banyak kader dakwah ketika mendapat tekanan dari musuh-musuh
dakwah langsung ciut dan tidak berdaya, berapa banyak kader yang tidak mau ikut
membantu memasang baliho/spanduk/pamflet karena malas, tidak mau merekap data,
tidak mau hadir syuro, tidak datang tasqif, malas datang halaqoh, tidak siap
membina, membangkang dengan keputusan syuro, banyak cincong ini itu, banyak
alasan jika diberi tugas, dll. Masih banyak fenomena yang nampak disekitar kita
sebagai penerus risalah dakwah ini, kita menganggap diri ini lemah yang serba tidak
sanggunp. Hati-hati dengan seringnya kita menolak atau melalaikan panggilan
dakwah, karena itu adalah bentuk dari upaya syaitan untuk menjauhkan kita dari
berbuat kebaikan dan meraih derajat tinggi di sisi Allah SWT. Tugas besar kita
hari ini adalah berupaya untuk memaksimalkan pengorbanan baik dari segi harta,
jiwa, bahkan nyawa sekalipun akan kita serahkan untuk Allah SWT. Allahu Akbar!
Janganlah kita mengeluh dengan apa
yang dialami hari ini karena belum seberapa jika dibandingkan dengan orang-orang
terdahulu. Sebagaimana Allah tegaskan dalam firman-Nya “… mereka ditimpa
kemelaratan, penderitaan dan diguncang dengan berbagai cobaan…” yakinlah bahwa ujian itu selalu ada dan tetap
ada sepanjang hidup ini. besar kecilnya sebuah cobaan tergantung kadar keimanan
kepada Allah SWT. Mengeluh itu hal yang wajar namun tidak harus membuat kita
lemah dan lari dari kenyataan yang dihadapi. Bukankah kita ingin mengharapkan
surga Allah yang dibuat seluas langit dan bumi itu? Sesungguhnya surga itu
bukalah barang murah, yang bisa didapatkan dengan pengorbanan sedikit atau
dengan harga murah. Logikanya adalah barang mahal tentu harganya juga mahal,
hanya orang-orang yang banyak uanglah yang mampu membelinya. Begitu juga dengan
surga, yang hanya bisa dibeli dengan ketaqwaan kepada Allah, yang didalamnya
begitu indah dan tidak tertandingi kemegahannya dengan apapun di dunia ini .